Mahasiswa semester V Jurusan Ahwal Al
Syakhshiyah Fakultas Syariah UIN Sumatera Utara (Sumut), Tuah Aulia Fuadi
akhirnya dipecat dari kampusnya. Tuah dipecat karena telah membuat komentar yang
menistakan agama Islam serta membuka forum itu ke sosial media (sosmed).
Pemecatan
Tuah inipun dibenarkan oleh Rektor UIN Sumut, Prof Nur Ahmad Fadhil Lubis. “Iya
benar, dia sudah kita pulangkan kepada orang tuanya. Itu dilakukan setelah
melalui prosedur, baru kita keluarkan SK (pemecatan),” kata Ahmad Fadhil, pada
Rabu (23/9/2015) seperti dilansir Tribun Jambi.
Ahmad
Fadhil mengungkapkan, terdapat dua poin utama yang membuat Tuah Aulia
dikeluarkan dari UIN Sumut, pertama karena pelanggaran disiplin dan kedua karena
penistaan agama, yakni melecehkan Al-Qur’an dan menghina Nabi Muhammad
SAW.
Pelanggaran
disiplin termasuk saat dia menjadi instruktur MOS di UIN. “Dia sebagai
instruktur, menggunakan hal-hal di luar itu. Seperti mencampakkan Al-Qura’n ke
tanah dan diambilnya kembali sambil mengeluarkan kalimat yang menjelekkan
Al-Qur’an,” jelas Ahmad Fadhil.
Perbuatan
nista Tuah di hadapan mahasiswa baru saat berlangsung masa orientasi mahasiswa
itu, kata Ahmad Fadhil, diakui beberapa orang saksi. Ia juga mengungkapkan,
pihak rektorat sudah memperingatkan yang bersangkutan, tapi kemudian dia membuka
forum tersendiri di sosmed yang dinilai mencemarkan nama baik UIN.
Informasi
pemecatan itu awalnya dipublikasi oleh akun Imran Purba dalam postingannya di
Facebook (FB) dengan judul: “Kemarin sudah diputuskan ada pemecatan mahasiswa
UINSU Medan, yang menghina Allah, Nabi SAW dan Al-Qur’an,” tulis Purba.
Postingan
itu disertai dengan salinan keputusan pemecatan yang ditandatangani oleh Rektor
UIN Sumut Prof Nur Ahmad Fadhil Lubis pada tanggal 21 September 2015.
Sejumlah
postingan Tuah di akun Fb miliknya memang secara terang-terangan melecehkan
Al-Qur’an dan menghina Nabi Muhammad SAW. Postingannya itu telah mengundang
kecaman dari berbagai kalangan dan masyarakat luas.
“Dahulu dizaman rasul, al QURAN itu hadir dalam
wajah jelek (tampil di kulit kambeng) udah lah kepalanya botak (tak berbaris)
beraroma busuk pula lg itu (yg pastinya bau bangkailah). Dahulu Alquran itu
memang parah, kehadirannya primitif, beda dengan sekarang. Alquran yg sekarang
sudah maju secara profresif. Ia tampil dlm wajah tampan. (di buku….” tulis Tuah Aulia dalam satu
postingannya.
Postingan
tulisan ini terlihat sudah dihapus dari kronologi postingan Tuah Aulia di FB.
Namun beberapa netizen sudah terlebih dahulu menyalin, postingan tersebut
sehingga masih bisa ditelusuri. Komentar Tuah lainnya adalah dia menulis
sebaiknya Al-Qur’an direvisi karena sudah tidak sesuai dengan tuntutan
zaman.
“Penafsir tunggal itu hanya rasul dan itu pun
satu. sekarang ia sudah mati jd penafsir tunggal it sdh ga ada lg. Yg sebaiknya
Alquaraan itu direvisi saja. Minimal kembalikan saja urusan itu ke Negara, Biar
negara saja yg merelevansikannya sesuai dengan kebutuhan zaman dan peradaban
umat yg lebih progresif, modernis, teknologis dan teknogratis.”
Di samping itu menurutnya umat Islam diwajibkan
untuk tidak mengikuti Nabi Muhammad langsung secara mentah-mentah, sebab tak ada
hadis yang mengharuskan itu.
“Dalam BERNEGARA , kita tidak diwajibkan untuk
mengiktui NABI MUHAMMAD langsung secara mentah2. Sebab tak ada hadis yang
bunyinya, ‘Dabbiru siyasatakum kama ra-aitumuni udabbiru siyasati,’ aturlah
politik kalian sebagaimana kalian lihat aku mengatur politikku.
Yang ada adalah hadis, ‘Shallu kama ra-aitumuni
ushalli,’ salatlah sebagaimana kalian melihat aku salat.
Kenapa statemen ini hanya disabdakan Nabi dalam
hal salat, dan tidak dalam lapangan politik? Jawabannya jelas: karena salat
adalah masalah ubudiyyah yang statis, tidak berkembang, dan aturannya final dan
terinci.
Soal politik adalah soal dinamis, dan karena
dinamis maka tidak ada ‘politik Nabi’. Politik nabi pas sesuai pd zamannya.
Sementara sekarang bukan lg zaman nabi. tak SETIAP DALAM semua hal kita itu
harus mengikuti Nabi”. [GA/SI]
1 comments:
Orang gila itu tmpatnya di rumah sakit jiwa.....bukan di kampus....